profile-image
0
Cerita
0
Joy
 

Fan board

°Gold_♠️
CWO Pelabuhan Hatiku tak kunjung aku temu Kujalani hari dengan penuh perasaan yang tak tentu Hari-hariku terlewati hanya terasa sendu Rasa ingin bertemu disetiap waktu Aku masih tetap merindu, memikirkan dirimu. CWE Dilema terbenam dalam hati selalu menghantui disetiap langkah hidup ini. Aku yang terus-menerus tersiksa karena kau tidak berada dalam dekap Malam-malamku selalu kelam, membuat mataku tak dapat terpejam Aku dihantui keputusan orang tuaku yang begitu kejam Hatiku bagai tersayat belati yang begitu tajam CWO Kenapa ini harus terjadi dalam hubungan kita? Kenapa kita ditakdirkan untuk berpisah Penyesalanpun tak akan mangembalikan cerita Kita terperangkap dengan rasa yang membuat kita resah dan gelisah Sampai sekarang aku tak bisa terima keputusan itu, Aku tersiksa entah kepada siapa harus mengadu. CWE Akupun merasakan hal sama. Tapi aku tak tahu harus bagaimana. Hidupku tak tentu... Cintaku telah kutitipkan sepenuhnya kepadamu.. Dia yang sekarang ada bersamaku, hanya sebatas karna keputusan orang tuaku.. Percayalah.. Aku tersiksa menjalani hubungan ini. Setiap saat aku merasakan perih di hati. CWO Apa kau tau? Hatiku telah mati setelah kepergianmu.. Tak ada lagi cinta untuk mereka yang datang ingin menggantikanmu... Rasaku telah mati untuk mereka... Sebab bayangmu masih selalu terbayang dalam ingatanku... Aku tersiksa!!! (Bangkitlah!!) Aku tak bisa!!! (Kau harus mencoba) Sudah beribu cara!!! (Maafkan aku) Maafmu telah kuterima, tapi itu semua percuma Karna kita tak bisa lagi bersama. CWE Akupun merasa mati. Bagai bertapak pada pijakan berduri. Aku tak ingin seperti ini. Aku ingin kembali kemasa aku bisa merasakan dekapmu.. Bukan malah terpenjara dalam perasaan palsu bersamanya yang membuatku pilu Aku takut tak mampu bertahan.. Aku ingin bersamamu! Hatiku hanya untukmu! Lalu aku harus bgaimna? Aku bingung! Aku lemah! Aku terluka!! CWO Bersamanya? Pilu? Setelah pernikahanmu terjadi aku merasakan sakit yang tak berujung.. Hatiku hancur, nasib hidupku terkantung-kantung.. Kisahku memang tidak beruntung.. Kini biarkan aku merasakan perihnya luka... Menyesalpun tidak akan menyatukan kita.. Berdosa bila kumerebut kau dari hatinya.. Sakitnya biarkan aku merasakan sendiri Tak perlu kau ada di sini. Sepi, biarkan mengisi hati ini. Menunggu hidup sampai berakhir dengan kata mati! CWE Lalu apa kamu pikir aku bisa bahagia dengan keadaan ini? Aku hancur, melihatmu berpasrah. Apa kamu tak pernah berpikir, bagaimana aku jika kamu pergi lagi. Aku sudah cukup sakit dengan kabarmu yang tak jelas, arah hidup yang tak menentu Lalu apa kamu akan kembali menaburi garam pada luka yang masih bernanah ini? Kalau seperti itu maumu maka bunuhlah aku, karena aku tak sanggup kehilangan tuk kedua kalinya.. CWO Sudahlah.. Hentikan niatmu untuk bersama lagi... CWE Maafkan aku, aku tak bisa melawan hati... CWO Aku tak mau terluka untuk kesian kali.. CWE Aku berjanji tak akan pergi lagi.. CWO Bagaimana dengan orang tuamu? Bagaimana dengan lelakimu, yang telah menjadi pendamping sah untuk hidupmu? CWE Bawa aku pergi, aku tak sanggup bila hidup tanpa kasihmu... CWO Maafkan aku, aku tak bisa lagi.. Biarkan aku sendiri!!! CWE Aku tak sanggup!!! CWO Sudah cukup!!! CWE (Menangis) semoga aku bisa bertahan dalam luka ini tanpamu.. CWO Tangisanmu tak akan merubah hatiku. Sakitku tak akan berlalu. Aku tak akan taga merebutmu dari palukan lelakimu.. Aku pun pernah merasakan betapa sakitnya kehilangan Biarkan aku merasakan hidup berteman dengan angan. Dan aku akan perlahan menghilang Sebab cinta kita akan tetap terhalang Oleh restu yang tak kunjung datang. Dan... Larangan yang akan terus membentang. CWE Aku sadari semua salahku dan aku harus mananggung derita ini. Apapun yang kuinginkan itu tak akan berpengaruh buatmu, kamu kan tetap meninggalkanku. (Terisak) Biarkan hati ini mendekap dalam sunyi Jika kamu pergi, maka jangan pernah berbalik, karena kamu akan melihat tubuh yang telah rapuh atau bahkan terbujur kaku CWE/CWO SEBAB SAMPAI KAPAN PUN, CINTA KITA TAK AKAN MENDAPAT RESTU CINTA TAK DI RESTUI 2 Goresan Tinta Malam Palu - Makassar : 30 April 2020 Karya : Literasimu dan Spooky x
1
sidede
Mata luka sengkon karta Serupa Maskumambang pupuh mengantarkan wejangan hidup kecapi dalam suara sunyi menyendiri pupuh dan kecapi membalut nyeri menyatu dalam suara genting manusia memiliki akal dan budi didampingi kodrat hewani mencapai jalan ilahi inilah maskumambang yang melayang menyelinap ke dasar sanubari menembus dunia fana dan abadi terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka menganga akibat ulah manusia manusia yang menjalankan cerita tuhan yang menentukan akhirnya  Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang aku seorang petani bojongsari menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri kesederhanaan panutan hidup dapat untung dilipat dan ditabung  1974 tanah air yang kucinta berumur dua puluh sembilan tahun waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara lambang garuda dasarnya pancasila undang-undang empat lima merajut banyak peristiwa  peralihan kepemimpinan yang mendesak bung karno diganti pak harto dengan dalih keamanan negara. pembantaian enam jenderal satu perwira enam jam dalam satu malam mati di lubang tak berguna tak ada dalam perang mahabarata bahkan di sejarah dunia hanya di sejarah indonesia  pemusnahan golongan kiri PKI wajib mati pemimpin otoriter REPELITA rencana pembangunan lima tahun bisa jadi rencana pembantaian lima tahun di tahun-tahun berikutnya kudapati penembak misterius tak ada salah apalagi benar tak ada hukum negara pembantaian dimana mana diburu sampai got dor di mulut dor di kepala diikat tali dikafani karung penguasa punya tahta yang tidak ada bisa diada-ada akulah sengkon yang sakit berusaha mengenang setiap luka di dada, di punggung, di kaki di batuk yang berlapis tuberkulosis6 Malam Jumat Dua Satu November 1974 setiap malam jum’at yasin dilantunkan dengan hidmat bintang-bintang berdzikir di kedipannya   suara-suara binatang melengkingkan pujian untuk tuhan istriku masih mengenakan mukena mengambilkan minum dari dapur di kejauhan terdengar warga desa gaduh  “adili si keluarga rampok itu” “ya… usir dari kampung ini” “bakar saja rumahnya”  “betul” di lubang bilik ada banyak obor dan petromak menyala teriakan tegas “sodara sengkon, sodara sudah dikepung ABRI! kalau mau selamat, menyerahlah! sodara sudah tidak bisa kabur, angkat tangan!”  istriku kaget “kok kamu, kang?” kebingungan “demi allah saya tidak berbuat jahat!” masih dalam suara yang sama “kalau sodara tidak keluar dalam hitungan tiga kami akan mengeluarkan tembakan peringatan satu, dua… ti…g….”   secepat yang kubisa aku keluar angkat tangan di pintu ratusan warga mulai melontarkan sumpah serapah Anjing! Babi! Setan! Bagong!14 Tau ! Sampah! segalanya ada di mulut warga kata-kata tak mewakili peri kemanusian warga seperti serigala ganas bengis tak ada rasa kasihan dari batu sampai bambu dari golok sampai balok dari cerulit sampai arit diacung-acungkan ke arahku serempak berkata “allahu akbar!!!” batu, bambu, dan balok beterbangan ke arahku   “sodara-sodara sekalian, tolong hentikan biarkan pengadilan yang memutuskan hukuman”   aku masih diselimuti kebingungan disambut rajia seluruh badan kepalaku ditodong senjata laras panjang mendekati puluhan ABRI dan Polisi   “ya… gantung saja!” “dasar orang tak tahu diuntung!” “sampah masyarakat!” “bagong Siah! Setan Alas! Babi! Goblok! dulur aing paeh gara-gara sia! Anying! ku aing dipaehan siah!”16   duk! dak! aku dikerumuni pukulan warga ABRI dan Polisi ikut-ikutan menendang  dor! suara tembakan di langit terdengar sayup aku terkapar di tanah seorang ABRI menggusurku darah dan becek tanah bercampur di tubuh aku dilemparkan ke atas bak mobil kondisi diantara sadar atau tidak  selang kejadian sesosok tubuh dilemparkan ke bak mobil ada sebagian tubuh yang menindih kuperhatikan wajah yang penuh luka itu “karta?” kami ditangkap dengan tuduhan perampokan juga pembunuhan  karya: Peri Sandi Huizche
2
ursa⌯major
Sendiriku di batas sepi menuju pagi memantik pertanyaan dalam hati: mengapa aku sendiri dan kenapa begitu cepatnya kau berlalu sedang kau tidak di sini, pun begitu aku tidak ada di situ, bahkan kita tidak di mana-mana Bukankah kita hanya sempat saling mengisap sari-sari rindu kembang cinta, sampai lesap dan hanya menyisakan senyap di antara kita yang senantiasa saling rindu serta saling mengirimkan isyarat-isyarat kepada mendung yang tengah bersiap menurunkan hujan pertama di penghujung kita menjalin cinta Betapa jarak ini teramat pekat, terlalu arak bahkan untuk sekadar mabukkan jiwa kita yang sedang sekarat, di rentang waktu, di rintangan ujian dan di rentannya jalinan hubungan kita yang akhirnya menghanyutkan kita ke muara sadar Bahwa kisah cinta kita ini masihlah sangat balita untuk kita arak di tengah bising dunia yang sesak oleh orang-orang bermuka dua sehingga kini yang tertinggal hanya berupa sebongkah tanya yang menghunjam di ulu dada dan yang tersisa semata kenangan yang menggenang di lubang-lubang ingatan yang tidak kuasa ditambal oleh apapun jua bahkan oleh janji-janji dan harapan yang remuk digenggam jarak lalu pupus digilas oleh sang waktu Air Raja, November 2021
2
Senandung 🌜
uli
2